Kamis, 28 Februari 2008

Cerita tentang klinik teratai dan poli metadon

minggu terakhir di RSHS agak nyantai soalnya kebagian dapat gilirannya terakhir, karena nyantai jadi banyak waktu luang. Ketepatan apotekernya pada baik-baik, saya pun disuruh untuk mengunjungi klinik teratai (klinik untuk orang-orang terkena HIV dan AIDS) dan Poli metadon (untuk pasien yang kecanduan obat-obatan keras). nah cerita punya cerita, saya doank yang disuruh untuk mengunjungi kedua tempat itu, teman-teman yang lain malah ga disuruh sama sekali, padahal saya tidak pernah mengungkit-ungkit masalah HIV dan kencanduan obat-obatan narkotik...Yahhh, kupikir kalau ini baik kenapa ga dicoba aja, lagian pasien disana juga manusia ko....saya pun berjalan menuju klinik teratai...oooo, ternyata karena kepagian jadi pasiennya belum datang, jadi saya ngobrol aja sama asisten apoteker dan perawat konsulen...mereka menerangkan kepadaku seluruh kegiatan rutin. mulai dari pendataan pasien, sampai kontrol penggunaan obat. ketika perawat konsulen(namanya pak Herman), tiba-tiba datang seorang pria (pasien) dengan penampilan bagus, memakai kemeja lengan panjang, tinggi, celana bahan, tinggkah laku sangat sopan sekali, berwajah lumayan, dan sepertinya orang berpendidikan minimal sarjana. pasien tersebut duduk dikursi pengambilan sampel darah...(ha, ngapain dia, masak sih, orang semuda itu terkena HIV). Ternyata pria tadi memang terkena HIV. diklinik teratai saya menjadi pengamat yang baik dan ngobrol sedikit dengan pasien.
Dari awal saya membayangkan pasiennya hanya sedikit, tapi ternyata rame sekali...mereka datang ke klinik kalau obatnya habis. kalau waktu untuk datang keklinik ternyata obatnya masih ada (pasiennya malas minum obat) maka obat diganti dengan obat HIV untuk pasien yang malas minum obat. biasanya setelah mengambil obat, pasien pulang kerumah masing-masing dan bekerja sesuai dengan bidang masing-masing...jadi di Bandung itu pertumbuhan orang yang terkena HIV sangat tinggi, dalam sebulan aja ada 1000 pasien yang diberi terapi HIV dan AIDS...
Hari kedua karena masih nyantai banget, maka jadwal berikutnya berkunjung ke poli metadon, metadon adalah pengganti obat-obat narkotik, sebenarnya kerjanya hampir sama cuma rasanya aja yang ga enak. biasanya setiap pasien yang datang ke poli ini didiagnosa terlebih dahulu oleh dokter untuk menentukan seberapa parah kecanduan obatnya. setelah diperoleh resep dari dokter, resep tersebut di serahkan kepada farmasi. pasien yang di terapi di poli ini harus datang setiap hari untuk meminum obat yang telah terjadwal, mula-mula dosis yang diberikan tinggi lama kelamaan menurun. sama dengan klinik teratai, saya sebagai pengamat, cuma disini saya mengamati pasien sampai mereka selesai minum obat untuk dosis hari ini. mereka harus datang tiap hari ke poli ini, bila pasien bolos minum obat, maka pasien harus mendatangi dokter dan diterapi dari awal lagi..
Kebanyakan pasien di klinik teratai dan poli metadon adalah laki-laki, selama saya berada disana 80 % nya adalah laki-laki....kenapa coba?????

1 komentar:

Rohni mengatakan...

aku tahu kenapa, karena biasanya wanita itu paling takut untuk mengakui penyakitnya karena dikhawtirkan mengganggu kehidupan sosialnya...Jadi kita harus menyadarkan mereka untuk segera menterapi diri, sebelum menular dan mensengsarakan orang lain...